Siang itu langit tampak gelap, cuaca mendung. Sebentar lagi hujan lebat, bisik saya dalam hati. Takut kehujanan, bergegas saya memasuki mobil angkutan kota yang kebetulan lewat. Perjalanan tadi sangat melelahkan, pergi ke rumah teman, membuat saya ingin duduk di jok angkot.
Sebetulnya bawaan saya tidak banyak, hanya sebuah tas tangan tapi entah kenapa, saya malas untuk mengambil satu satunya tempat duduk yang masih tersedia di pojok. saya justru meminta seorang gadis muda yang duduk di dekat sana agar toleran menggeser tempat duduknya lebih ke dalam. Saya merasa agak repot dan menyusahkan jika mengambil tempat duduk agak kedalam
saya pikir tidak ada masalah toh meminta gadis muda dengan pakaian sederhana yang terlihat jauh lebih kurus daripada saya untuk berpindah tempat. Anehnya, gadis itu dengan tersenyum memenuhi permintaan saya. Sama sekali tak tampak keberatan atau kesal di raut wajahnya.
Tapi, ya ampun. Setelah itu saya merasa malu sendir, ketika tak lama kemudian si gadis menghentikan kendaraan. Tempat yang ditujunya ternyata jauh lebih dekat dari saya. Tapi, buka itu saja yang membuat saya tertegun. Untuk turun dari angkot, gadis muda tadi harus berjalan terseok, bahkan megesot serta meraba - raba, membuat saya merasa menjadi makhluk paling egois di muka Bumi. Ia tak cuma pincang (salah satu kakinya lebih kecil) tetapi juga buta.
Ternyata apa yang saya lihat dengan mata bukanlah penglihatan yang sesungguhnya. DENGAN SEGALA KESEMPURNAAN YANG SAYA MILIKI, MESTINYA SAYA MAMPU BERBUAT LEBIH BAIK DAN MEMBERIKAN KEMUDAHAN KEPADA SESAMA.
silakan dikomentari
ReplyDelete